Dinkes Sanggau Genjot Edukasi Warga di Tengah Rendahnya Vaksinasi Rabies Hewan

Gambar Gravatar
img 20250807 205747
Oplus_131072

Sanggau, ZONA Kalbar.id — Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau memperkuat upaya edukasi masyarakat sebagai langkah strategis mengatasi tingginya risiko rabies. Meski cakupan vaksinasi terhadap hewan penular rabies (HPR) baru mencapai sekitar 10 persen, Dinkes memastikan stok vaksin anti-rabies (VAR) untuk manusia dalam kondisi aman dan mencukupi.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, Marlina, Kamis (7/8) menyampaikan bahwa pihaknya kini lebih fokus pada penguatan edukasi dan respons cepat penanganan kasus gigitan hewan. Salah satunya melalui sosialisasi pentingnya penanganan awal luka gigitan dengan mencuci luka menggunakan sabun selama minimal 15 menit.

“Penanganan awal yang cepat dan benar sangat menentukan keberhasilan mencegah rabies. Masyarakat harus paham bahwa setiap gigitan hewan berisiko wajib ditangani secara medis, bukan diobati sendiri,” ujar Marlina.

Dinkes Sanggau juga telah mendistribusikan VAR ke seluruh fasilitas layanan kesehatan, termasuk RSUD M.Th. Djaman, RS Pratama Temenggung Gergaji, serta beberapa Puskesmas strategis. Saat ini tersedia 379 vial, ditambah 400 vial bantuan dari provinsi dan 1.055 vial lagi dalam proses pengiriman.

Selain edukasi, Dinkes juga aktif mendorong kolaborasi lintas sektor. Sejak Mei lalu, Pemkab Sanggau telah menerbitkan Surat Edaran Bupati yang menekankan pentingnya koordinasi antara perangkat daerah, sekolah, dan tokoh masyarakat dalam menyosialisasikan bahaya rabies dan pentingnya vaksinasi HPR.

Namun tantangan utama masih ada di hulu: cakupan vaksinasi terhadap hewan peliharaan yang rendah. Disbunnak Sanggau mencatat baru sekitar 2.600 ekor dari 53.488 HPR yang telah divaksinasi.

Menanggapi hal ini, Dinkes menegaskan bahwa keberhasilan pengendalian rabies bukan hanya soal ketersediaan vaksin untuk manusia, tapi juga bagaimana masyarakat berperan aktif dalam pencegahan.

“Rabies bukan hanya urusan pemerintah. Tanpa kesadaran masyarakat, terutama dalam menjaga hewan peliharaan dan segera melapor saat tergigit, maka risiko tetap tinggi,” tegas Marlina.

Ia juga mengingatkan bahwa edukasi tak bisa bersifat seremonial semata. “Kami akan masuk ke desa-desa, sekolah, dan komunitas dengan pendekatan yang mudah dipahami. Harapannya, masyarakat menjadi pelindung pertama dalam rantai pencegahan rabies,” ujarnya. (Butun)

Baca Artikel Lengkap disini: ZONA Kalbar.id – Media Berita Terpercaya Kalimantan Barat

Penulis

  • ZONA Kalbar.id

    Zona Kalbar.id adalah media online yang menyajikan berita terkini dan terpercaya, segala informasi terkomfirmasi dengan jelas dan lugas.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *